PENGARUH AGAMA
DALAM BUDAYA LOKAL
I. PENDAHULUAN
·
LATAR BELAKANG
Agama
dan kebudayaan adalah dua komponen pokok di masyarakat. Bahkan tidak sedikit
pula yang salah mengartikan bahwa agama dan kebuadayaan adalah satu kesatuan
yang utuh. Dalam arti kata sesungguhnya agama dan kebudayaan mempunyai
kedudukan masing-masing dimana agama yang menempati posisi tertinggi
dibandingkan dengan kebudayaan, tetapi agama dan kebudayaan mempunyai ikatan di
dalam masyarakan.
Hambatan yang cukup
berat untuk mewujudkan kearah keutuhan dan kesejahteraan adalah masalah
kerukunan sosial, termasuk didalamnya hubungan antara agama dan kerukunan hidup
umat beragama. Persoalan ini semakin kursial karena terdapat serangkaian
kondisi sosial yang menyuburkan konflik, sehingga terganggu kebersamaan dalam
membangun keadaan yang lebih dinamis dan kondusif. Demikian pula kebanggaan
terhadap kerukunan dirasakan selama bertahun-tahun yang mengalami dekradasi,
bahkan menimbulkan kecemasan terjadinya disintegrasi bangsa
Kecenderungan distengrasi yang muncul belakangan ini salah satu faktornya adanya sikap ekslusif terhadap pandangan ideologi dan keyakinan agama hingga akhir ketegangan. Ketegangan tersebut menjembatani dan turut menyumbang serta memperparah berbagai konflik yang terjadi ditengah-tengah masyarakat.
Kecenderungan distengrasi yang muncul belakangan ini salah satu faktornya adanya sikap ekslusif terhadap pandangan ideologi dan keyakinan agama hingga akhir ketegangan. Ketegangan tersebut menjembatani dan turut menyumbang serta memperparah berbagai konflik yang terjadi ditengah-tengah masyarakat.
Kemajemukan masyarakat Indonesia ditandai oleh berbagai
perbedaan tapi bukan berarti itu menjadi jurang pemisah akan tetapi menjadi
kesatuan yang utuh. Oleh karenanya semua usaha dilakukan dalam membangun budaya
dan kerukunan beragama akan terwujud jika masing-masing masyarakat telah dapat
menerima bahwa keragaman, kemajemukan itu adalah suatu keniscayaan.
Pluralisme bangsa ini sesungguhnya dapat dipandang sebagai suatu berkah karena kemajemukan itu sendiri selain menjadi sumber konflik dan perpecahan, sebenarnya juga berpotensi sebagai sumber kekuatan manakala potensi itu dapat dikembangkan ke arah perpecepatan pencapaian kesejahteraan dan persatuan.
Pluralisme bangsa ini sesungguhnya dapat dipandang sebagai suatu berkah karena kemajemukan itu sendiri selain menjadi sumber konflik dan perpecahan, sebenarnya juga berpotensi sebagai sumber kekuatan manakala potensi itu dapat dikembangkan ke arah perpecepatan pencapaian kesejahteraan dan persatuan.
·
RUMUSAN
MASALAH
Dari
gambarn umum latar belakang dapatlah mengambil rumusan masalah tersebut dan
permaslahan tersebut adalah:
1. Bagaimana
peranan agama terhadapat kebudayaan dalam masyarakat?
2. Bagaimana
agama menyikapi perkelompokan masyarakat di dalam perbedaan kebudayaan?
3. Bagaimana
gambaran keniscayaan pluralism budaya dan agama?
·
TUJUAN
PENULISAN
Tujuan
penulisan untuk mengetahuin bagaimana peranan agama dalam budaya masyarakat
ini, dan untuk memcegah kehidupan yang pluralism terhadap sesama masyarak
kita.maka dari itu penulis menghibau agar pembaca memikirkan kebudayaan dalam
kehidupan sehari hari bedasarkan agama.
II. PEMBAHASAN
Kebudayaan tampil sebagai perantara yang secara terus menerus dipelihara oleh para pembentuknya dan generasi selanjutnya yang diwarisi kebudayaan tersebut.
Kebudayaan yang demikian selanjutnya dapat pula digunakan untuk memahami agama yang terdapat pada dataran empiriknya atau agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat. Pengalaman agama yang terdapat di masyarakat tersebut diproses oleh penganutnya dari sumber agama yaitu wahyu melalui penalaran. Kita misalnya membaca kitab fikih, maka fikih yang merupakan pelaksanaan dari nash Al-Qur’an maupun hadis sudah melibatkan unsur penalaran dan kemampuan manusia. Dengan demikian agama menjadi membudaya atau membumi di tengah-tengah masyarakat. Agama yang tampil dalam bentuknya yang demikian itu berkaitan dengan kebudayaan yang berkembang di masyarakat tempat agama itu berkembang. Dengan melalui pemahaman terhadap kebudayaan tersebut seseorang akan dapat mengamalkan ajaran agama.
Manusia misalnya memjumpai kebudayaan berpakaian, bergaul, bermasyarakat, dan sebagainya. Ke dalam produk kebudayaan tersebut unsur agama ikut berintegrasi.
Perlu disadari bahwa setiap umat atau
kelompok yang benar-benar hidup sesuai dengan amanah agamanya masing-masing,
maka kerukunan, persaudaraan, kedaimaian dan kenyamanan akan hadir dengan
sendirinya dalam kehidupan manusia karena semua agama mengajarkan kebenaran dan
kebaikan tak ada yang menginginkan keburukan, pertikaian, diskriminal dan
lain-lain. Selain itu harus ada usaha nyata antara mat yang berbeda itu untuk
menjalin sumber rahmat dan kasih bagi sesamanya. Semakin sukses di dalam
meng-agama-kan isi dan gaya hidupnya masing-masing menurut ajaran agama,
semakin nyatalah bunga dan buah dari iman dan iman semakin gagal.
Meng-agama-kan hidup, meranalah atau kaburlah iman yang seharusnya menjadi
nyata di dalam hidup yang penuh rahmat dan kasih bagi sesama.
Hidup beragama tampak pada sika dan cara perwujudan sikap hidup beragama seorang yang menerima sesama yang beragama apapun sebagai sesama hamba Allah. Karena keyakinan seorang bahwa Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang mengasihi setiap manusia dan seluruh umat manusia tanpa diskriminasi berdasarkan kemaha-adilan Tuhan, maka dia pun wajib dan tak punya pilihan lain, selain mengasihi sesamanya tanpa diskriminasi berdasarkan agama, budaya, etnik, profesi, atau kepentingan tertentu yang berbeda. Perbedaan ciptaan Allah ditengah alam semesta adalah suatu keniscayaan yang patut diterima sebagai anugerah yang harus disyukuri. Hal demikian harus menjadi lebih nyata pada hidup beragama di tengah pluralitas agama sebagai keniscayaan yang diterima dan disyukuri sebagai anugerah Allah.
Seorang yang tulus dalam beragama akan menghormati, menghargai dan bahkan mengasihi atau merahmati sesamanya karena sesamanya adalah manusia yang dikasihi Allah. Seorang yang tulus beragama mengasihi sesamanya hanya dengan berpamrih pada Tuhan sebagai sumber segala kasih dan rahmat. Kasih atau cinta kepada sesama manusia harus dapat menembus atribut-atribut yang mengemasnya. Atribut-atribut perbedaan yang melekat pada diri seorang tak harus menjadi perisai yang menangkis atau menangkal kasih atau rahmat yang diberikan oleh orang lain kepadanya. Secara hakiki, manusia adalah manusia ciptaan Allah sehingga saling berbeda tidak mengharuskan seorang untuk berlaku tak adil dengan membeda-bedakan seorang dengan dirinya sendiri atau dengan orang lain atau dengan memperlakukan sesama secara diskriminasi karena berbeda agama, suku, atau status dan lain sebagainya.
Hidup beragama tampak pada sika dan cara perwujudan sikap hidup beragama seorang yang menerima sesama yang beragama apapun sebagai sesama hamba Allah. Karena keyakinan seorang bahwa Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang mengasihi setiap manusia dan seluruh umat manusia tanpa diskriminasi berdasarkan kemaha-adilan Tuhan, maka dia pun wajib dan tak punya pilihan lain, selain mengasihi sesamanya tanpa diskriminasi berdasarkan agama, budaya, etnik, profesi, atau kepentingan tertentu yang berbeda. Perbedaan ciptaan Allah ditengah alam semesta adalah suatu keniscayaan yang patut diterima sebagai anugerah yang harus disyukuri. Hal demikian harus menjadi lebih nyata pada hidup beragama di tengah pluralitas agama sebagai keniscayaan yang diterima dan disyukuri sebagai anugerah Allah.
Seorang yang tulus dalam beragama akan menghormati, menghargai dan bahkan mengasihi atau merahmati sesamanya karena sesamanya adalah manusia yang dikasihi Allah. Seorang yang tulus beragama mengasihi sesamanya hanya dengan berpamrih pada Tuhan sebagai sumber segala kasih dan rahmat. Kasih atau cinta kepada sesama manusia harus dapat menembus atribut-atribut yang mengemasnya. Atribut-atribut perbedaan yang melekat pada diri seorang tak harus menjadi perisai yang menangkis atau menangkal kasih atau rahmat yang diberikan oleh orang lain kepadanya. Secara hakiki, manusia adalah manusia ciptaan Allah sehingga saling berbeda tidak mengharuskan seorang untuk berlaku tak adil dengan membeda-bedakan seorang dengan dirinya sendiri atau dengan orang lain atau dengan memperlakukan sesama secara diskriminasi karena berbeda agama, suku, atau status dan lain sebagainya.
Perlu disadari bahwa setiap umat atau kelompok yang
benar-benar hidup sesuai dengan amanah agamanya masing-masing, maka kerukunan,
persaudaraan, kedaimaian dan kenyamanan akan hadir dengan sendirinya dalam
kehidupan manusia karena semua agama mengajarkan kebenaran dan kebaikan tak ada
yang menginginkan keburukan, pertikaian, diskriminal dan lain-lain. Selain itu
harus ada usaha nyata antara mat yang berbeda itu untuk menjalin sumber rahmat
dan kasih bagi sesamanya. Semakin sukses di dalam meng-agama-kan isi dan gaya
hidupnya masing-masing menurut ajaran agama, semakin nyatalah bunga dan buah
dari iman dan iman semakin gagal. Meng-agama-kan hidup, meranalah atau kaburlah
iman yang seharusnya menjadi nyata di dalam hidup yang penuh rahmat dan kasih
bagi sesama.
Hidup beragama tampak pada sika dan cara perwujudan sikap hidup beragama seorang yang menerima sesama yang beragama apapun sebagai sesama hamba Allah. Karena keyakinan seorang bahwa Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang mengasihi setiap manusia dan seluruh umat manusia tanpa diskriminasi berdasarkan kemaha-adilan Tuhan, maka dia pun wajib dan tak punya pilihan lain, selain mengasihi sesamanya tanpa diskriminasi berdasarkan agama, budaya, etnik, profesi, atau kepentingan tertentu yang berbeda. Perbedaan ciptaan Allah ditengah alam semesta adalah suatu keniscayaan yang patut diterima sebagai anugerah yang harus disyukuri. Hal demikian harus menjadi lebih nyata pada hidup beragama di tengah pluralitas agama sebagai keniscayaan yang diterima dan disyukuri sebagai anugerah Allah.
Seorang yang tulus dalam beragama akan menghormati, menghargai dan bahkan mengasihi atau merahmati sesamanya karena sesamanya adalah manusia yang dikasihi Allah. Seorang yang tulus beragama mengasihi sesamanya hanya dengan berpamrih pada Tuhan sebagai sumber segala kasih dan rahmat. Kasih atau cinta kepada sesama manusia harus dapat menembus atribut-atribut yang mengemasnya. Atribut-atribut perbedaan yang melekat pada diri seorang tak harus menjadi perisai yang menangkis atau menangkal kasih atau rahmat yang diberikan oleh orang lain kepadanya. Secara hakiki, manusia adalah manusia ciptaan Allah sehingga saling berbeda tidak mengharuskan seorang untuk berlaku tak adil dengan membeda-bedakan seorang dengan dirinya sendiri atau dengan orang lain atau dengan memperlakukan sesama secara diskriminasi karena berbeda agama, suku, atau status dan lain sebagainya.
Hidup beragama tampak pada sika dan cara perwujudan sikap hidup beragama seorang yang menerima sesama yang beragama apapun sebagai sesama hamba Allah. Karena keyakinan seorang bahwa Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang mengasihi setiap manusia dan seluruh umat manusia tanpa diskriminasi berdasarkan kemaha-adilan Tuhan, maka dia pun wajib dan tak punya pilihan lain, selain mengasihi sesamanya tanpa diskriminasi berdasarkan agama, budaya, etnik, profesi, atau kepentingan tertentu yang berbeda. Perbedaan ciptaan Allah ditengah alam semesta adalah suatu keniscayaan yang patut diterima sebagai anugerah yang harus disyukuri. Hal demikian harus menjadi lebih nyata pada hidup beragama di tengah pluralitas agama sebagai keniscayaan yang diterima dan disyukuri sebagai anugerah Allah.
Seorang yang tulus dalam beragama akan menghormati, menghargai dan bahkan mengasihi atau merahmati sesamanya karena sesamanya adalah manusia yang dikasihi Allah. Seorang yang tulus beragama mengasihi sesamanya hanya dengan berpamrih pada Tuhan sebagai sumber segala kasih dan rahmat. Kasih atau cinta kepada sesama manusia harus dapat menembus atribut-atribut yang mengemasnya. Atribut-atribut perbedaan yang melekat pada diri seorang tak harus menjadi perisai yang menangkis atau menangkal kasih atau rahmat yang diberikan oleh orang lain kepadanya. Secara hakiki, manusia adalah manusia ciptaan Allah sehingga saling berbeda tidak mengharuskan seorang untuk berlaku tak adil dengan membeda-bedakan seorang dengan dirinya sendiri atau dengan orang lain atau dengan memperlakukan sesama secara diskriminasi karena berbeda agama, suku, atau status dan lain sebagainya.
III. PENUTUP
·
KESIMPULAN
Sedangkan kerkaitan agama dengan
adalah ajaran suatu agama yang dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari
oleh penganutnya sehingga menghasilkan suatu karya/budaya tertentu yang
mencerminkan ajaran agama yang dibudayakannya itu. Atau dengan singkat dapat
dikatakan bahwa membudayakan agama berarti membumikan dan melaksanakan ajaran
agama dalam kehidupan sehari-hari. Memandang agama bukan sebagai peraturan yang
dibuat oleh Tuhan untuk menyenangkan Tuhan, melainkan agama itu sebagai
kebutuhan manusia dan untuk kebaikan manusia. Adanya agama merupakan hakekat
perwujudan Tuhan.
·
REFERENSI
Nama: RizkiAmalia
Kelas: 1KA08
NPM: 17113913
Tiada ulasan:
Catat Ulasan